Hypersomnia

Posted on 11 Februari 2012

5


Pada postingan sebelumnya saya sudah menceritakan bahwa saya mudah sekali mengantuk.

Pernah pula saya mengetes diri, mencoba menuruti hawa ngantuk saya setiap kali muncul. Jadi pada suatu hari libur, saya bangun, solat subuh. Nah, habis solat subuh kebiasaan kita masih ngantuk kan? Tidur lagilah saya. Bangun kurleb jam 8, mandi – nonton tipi bentar – makan – habis makan kan biasanya kita ngantuk ya? Tidur lagi deh. Dan dengan suksesnya bangun jam 12-an, pas lagi waktunya solat dhuhur. solat dulu – Nonton tipi – ngantuk muncul lagi – tidur lagi. Dan dengan mudahnya langsung terlelap. Bangun-bangun eh udah laper aja, makan – solat ashar – nonton tipi – ngantuk – tidur lagi? Enggak deng, ditahan aja. Ngantuknya gak yang ngantuk banget. Jalan kemana, ngobrol, mandi – solat maghrib – makan lagi. solat Isya – nonton tipi bentar rasa kantuk menyerang lagi. Tidur aja deh, sampe besoknya. Abis itu ya,,, mikir aja, ternyata saya ini memang ngantukan. Gak ada masalah sama tidur. Gak sulit tidur, tapi sering mengantuk.

Kebetulan, pada hari Jumat yang lalu, KompasTV membahas mengenai tidur pada rubrik TanyaDokter yang dipandu oleh Dokter Mata Ferdiriva. Acara kali itu membahas beberapa fenomena yang berkaitan dengan tidur yang dialami beberapa orang, misalnya insomnia, tidur ngorok, tidur ngiler, tidur berjalan, dan yang mungkin berkaitan dengan saya, yaitu hypersomnia. Okeh, sejujurnya, saya sendiri agak ngeri kalo misalnya saya memang mengidap hypersomnia. Semoga saja enggak. #GetokGetokMeja

@@@

Hypersomnia, adalah kebalikan dari insomnia. Jika penderita insomnia susah tidur, maka hypersomnia banyak sekali tidurnya. Walaupun sudah tidur cukup, tapi masih saja mengantuk. Hanya sedikit dokternya membahas mengenai hypersomnia.

Hypersomnia beda dengan narkolepsi. Kalau hypersomnia adalah serangan kantuk, kalau narkolepsi adalah serangan tidur. Jadi seseorang bisa saja langsung tidur saat beraktivitas, tak peduli seberat apa aktivitas yang dilakukannya.

Contoh narkolepsi bisa anda lihat pada tokoh utama (Janus) dalam film KALA. Ngeri juga membayangkan gimana rasanya jadi penderita narkolepsi.

Sedangkan hal yang perlu diperhatikan pada penderita hypersomnia, adalah jangan sampai penderita hypersomnia mengalamai sleep apnea, atau kesulitan bernapas pada saat tidur. Alhamdulillah, saya rasa saya tidak memiliki gejala sleep apnea.

@@@

Saya baru saja browsing info mengenai hypersomnia aka Excessive Daytime Sleepiness (EDS). Here they are:

Hypersomnia (EDS) dalam Bahasa Indonesia mungkin dapat dikatakan sebagai kantuk berlebih di siang hari. Ini merupakan salah satu gejala seseorang menderita gangguan tidur. Gejala :

  • Selalu merasa lelah
  • Sering mengantuk
  • Sering tertidur dalam rapat
  • Kurang bersemangat
  • Sulit berkonsentrasi
  • Menjadi pelupa
  • Libido menurun

Hypersomnia, or excessive sleepiness, is a condition in which a person has trouble staying awake during the day. People who have hypersomnia can fall asleep at any time; for instance, at work or while they are driving. They may also have other sleep-related problems, including a lack of energy and trouble thinking clearly.

Kelainan tidur yang dialami Andri dinamakan hypersomnia. Seringkali penderita gangguan ini dianggap memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia membutuhkan waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal. Meskipun penderita tidur melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih dan lesu sepanjang hari.
Gangguan hypersomnia dapat diatasi sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri.

Sedangkan dari Wiki dan dari sumbernya wiki keterangan yang saya dapat adalah :

Hypersomnia is a disorder characterized by excessive amounts of sleepiness.

There are two main categories of hypersomnia:

  • primary hypersomnia (also called idiopathic hypersomnia), haracterized by excessive daytime sleepiness over a long period of time. The symptoms are present all, or nearly all, of the time.
  • recurrent hypersomnia (also called primary recurrent hypersomnia), involves periods of excessive daytime sleepiness that can last from one to many days, and recur over the course of a year or more.

Both have the same symptoms but differ in how often they occur. Persons experiencing recurring hypersomnia will have prolonged periods where they do not exhibit any signs of hypersomnia, whereas persons experiencing primary hypersomnia are affected by it nearly all the time.
@@@

GEJALA

Orang dengan hypersomnia memiliki jam tidur di malam hari yang lama. Mereka punya problem dengan bangun pagi serta susah untuk tetap terjaga sepanjang hari. Hypersomnia sering disamakan dengan narkolepsi, padahal keduanya berbeda. Jika penderita narkolepsi bisa tiba-tiba tidur, kalau penderita hypersomnia bisa merasa mengantuk sepanjang hari. Penderita Narkolepsi akan merasa segar setelah bangun, kalau penderita hypersomnia tidak begitu.

Hypersomnia berbeda dari perasaan capek karena kurangnya tidur di malam hari. Penderitanya merasa terdorong untuk tidur (drowsy) berulang-ulang pada siang hari, bahkan kadang di saat yang tidak tepat, seperti saat bekerja, saat makan, ngobrol, nyetir, dll. Tidur siang pun juga tidak dapat mengurangi rasa kantuk.

PENYEBAB

Penyebab hypersomnia masih belum jelas. Ada beberapa penebakan bahwa hypersomnia terkait dengan masalah pada hypothalamus yang ada di otak, but there is little evidence to support that claim.

Tapi menurut NINDS, beberapa penyebab hypersomnia adalah:

  • another sleep disorder (such as narcolepsy or sleep apnea),
  • dysfunction of the autonomic nervous system, or
  • drug or alcohol abuse.
  • In some cases it results from a physical problem, such as a tumor, head trauma, or injury to the central nervous system.
  • Certain medications, or medicine withdrawal, may also cause hypersomnia
  • Medical conditions including multiple sclerosis, depression, encephalitis, epilepsy, or obesity may contribute to the disorder.
  • A genetic predisposition may be a factor.

TREATMENT

Treatment is symptomatic in nature. Artinya apa ya? Mungkin “Pengobatan harus disesuaikan dengan asal (penyebab) gejalanya.” Diantaranya:

  • dengan obat-obatan stimulan, seperti amphetamine, methylphenidate, and modafinil.
  • Mungkin ada beberapa dokter yang akan memberikan resep obat seperti clonidine, levodopa, bromocriptine, antidepressants, and monoamine oxidase inhibitors.
  • Changes in behavior (for example avoiding night work and social activities that delay bed time) and diet may offer some relief.
  • Patients should avoid alcohol and caffeine. (Sigh!!!!) Saya malah butuh kafein kali, biar gak ngantuk.

Apapun itu, saya ingin mengenyahkan rasa kantuk yang sering muncul ini.

Dapat salam dari

PostNote : Ternyata nulis blog beneran kayak gini butuh waktu dan energi juga ya? But I think I can enjoy it. 🙂

Posted in: my story